Review: Lewat Djam Malam (1954)


 
Director: Usmar Ismail
Writer: Asrul Sani
Cast: AN Alcaff, Netty Herawati, Dhalia, Bambang Hermanto, Rd Ismail, Awaludin, Titien Sumarni, Aedy Moward, Astaman, A Hadi, Wahid Chan, S Taharnunu, Lukman Jusuf
*review ini mungkin mengandung spoiler/makna dalam film
 

Berbekal rasa penasaran dan juga dimana romansa masa lampau dalam film yang tertuang di film karya Usmar Ismail ini membuat saya ingin menontonnya. Ketika saya menontonnya, tersenyum dan terkagum akan film yang monumental ini.


Bagimana tidak? Saya bahagia melihat bagaimana pada masa lalu Usmar Ismail memberikan gambaran mengenai bagaimana seseorang yang bernasib naas setelah berperang untuk negara, dan dia justru diacuhkan, dilecehkan dimana dalam hal ini terjadi pada seorang Iskandar . Ia berjuang untuk negaranya, dimana ia sebenarnya menginginkan suatu kedamaian. Ya, mana ada yang ingin membunuh orang yang menurut Iskandar pantas untuk dibunuh atau tidak. Lalu ia begitu merindukan teman2 perjuangannya yang dulu bersamanya. Akan tetapi semuanya justru bias, Gunawan atasannya malah menginginkan revolusi yang tidak benar, Gafar justru tidak menginginkan terjebak akan masa lalu dan ia kini bekerja di pembangunan, dan Puja yang jadi bos untuk wanita penghibur yang bersuara indah nan merdu, Laila. Laila merupakan seorang wanita yang memiliki impian yang indah, berkeluarga dan bahagia yang sayangnya tidak terjadi kepadanya. Iskandar memiliki seorang tunangan yang telah menungguinya, selama 5 tahun yaitu Norma. Norma begitu menyayanginya dan begitu ia bahagia ketika Iskandar kembali pulang. Akan tetapi, apa semuanya akan berimbas baik untuk Iskandar, setelah semua yang ia lakukan dan impian yang ia inginkan?


Melihat AN Alcaff yang begitu solid karakternya sebagai Iskandar, jelas patut diberikan apresiasi yang terpuji. Menghadirkan Iskandar yang rapuh namun memiliki impian. ALcaff memberikan emosi, raut muka serta penjiwaan penuh dalam memerankan Iskandar. Sementara yang amat mencuri perhatian saya jelas Dhalia yang memerankan Laila. Apalagi ketika ia menyanyi dan menghadirkan kemerduan yang indah dalam mewarnai film ini. Begitupun memberikan karakteristik yang membutuhkan suatu hal untuk impiannya, yang ironisnya Laila ini malah jadi wanita penghibur. Untuk peran Norma oleh Netty Herawati, kita bisa melihat bagaimana Norma yang bersedih ketika melihat ketidakbahagiaan Iskandar yang sebenarnya Norma ingin tunangannya ini bahagia. Jujur, seorang Norma cantik sekali, secantik aktingnya Netty. Sementara aura licik nan antogonis berhasil dibawakan dengan mantap oleh RD Ismail, juga Puja dan Gafar yang juga dibawakan dengan cemerlang oleh Bambang dan Awaludin.



Sementara bagaimana cerita Lewat Djam Malam? Jelas merupakan suatu penceritaan yang tidak akan terlupakan. Berterimakasihlah kepada Asrul Sani (Saya juga menyukai karyanya, yaitu Nagabonar) yang membuat Lewat Djam Malam tidak membosankan sama sekali dari awal hingga akhir. Cerita yang juga memberikan esensi moral yang menohok, dan juga indah. Beliau paham, bagaimana menjaga tensi emosi namun dibalut dengan romantika yang mengalir dengan syahdu dan meledak2 di beberapa momen. Jika melihat pengambilan gambarnya sendiri yang bisa dikatakan keren banget dalam menangkap momen2 yang juga menjadi andalan Lewat Djam Malam. Begitupun beberapa daerah di Bandung yang indah pada masa itu dan saya tersenyum getir ketika melihat beberapa daerah tersebut kini berbeda jauh dengan masa kini. Akan afdol jika anda menontonnya, melihat perbandingan keindahan Bandung masa lampau dan kini. Scene Braga masa lampau.yang ada juga menjadi senyum pahit jika melihat kondisi Braga saat ini. Oh ya, disini juga anda akan bernostalgia dengan beberapa lagu yang bisa jadi anda akan tersenyum2.


Ya, Lewat Djam Malam menghadirkan romansa, emosi, kepahitan, dan impian yang berhasil digambarkan dengan jelas oleh Umar Ismail. Bagaimana kemerdekaan, yang kita lihat saat ini begitu bias, sudah diceritakan dan tergambarkan jauh sebelum kita berteriak, berdemo dan perbuatan lainnya. Apa penghargaan kita, jika melihat para pejuang yang sepantasnya mendapat suatu hal yang layak justru kita injak perjuangan mereka. Film ini merupakan suatu warisan yang berharga untuk perfilman Indonesia yang sayang sekali untuk dilewatkan. Film ini juga merupakan sebuah surat cinta Martin Scorsece untuk memperlihatkan kepada dunia dan khususnya Indonesia, inilah film yang membanggakan. Terima kasih, Usmar Ismail, Asrul Sani, AN Alcaff serta jajaran cast dan tidak lupa Martin Scorsece juga banyak pihak yang telah merestorasi film ini. Terima Kasih.


Saya sangat merekomendasikan film ini

Score: 9,9/10

Comments