Director: Usmar Ismail
Writer: Asrul Sani
Cast: AN Alcaff, Netty Herawati, Dhalia, Bambang Hermanto, Rd Ismail,
Awaludin, Titien Sumarni, Aedy Moward, Astaman, A Hadi, Wahid Chan, S
Taharnunu, Lukman Jusuf
*review ini mungkin mengandung spoiler/makna dalam film
Berbekal rasa penasaran dan juga dimana romansa masa lampau dalam film
yang tertuang di film karya Usmar Ismail ini membuat saya ingin
menontonnya. Ketika saya menontonnya, tersenyum dan terkagum akan film
yang monumental ini.
Bagimana tidak? Saya bahagia melihat bagaimana pada masa lalu Usmar
Ismail memberikan gambaran mengenai bagaimana seseorang yang bernasib
naas setelah berperang untuk negara, dan dia justru diacuhkan,
dilecehkan dimana dalam hal ini terjadi pada seorang Iskandar . Ia
berjuang untuk negaranya, dimana ia sebenarnya menginginkan suatu
kedamaian. Ya, mana ada yang ingin membunuh orang yang menurut Iskandar
pantas untuk dibunuh atau tidak. Lalu ia begitu merindukan teman2
perjuangannya yang dulu bersamanya. Akan tetapi semuanya justru bias,
Gunawan atasannya malah menginginkan revolusi yang tidak benar, Gafar
justru tidak menginginkan terjebak akan masa lalu dan ia kini bekerja
di pembangunan, dan Puja yang jadi bos untuk wanita penghibur yang
bersuara indah nan merdu, Laila. Laila merupakan seorang wanita yang
memiliki impian yang indah, berkeluarga dan bahagia yang sayangnya
tidak terjadi kepadanya. Iskandar memiliki seorang tunangan yang telah
menungguinya, selama 5 tahun yaitu Norma. Norma begitu menyayanginya
dan begitu ia bahagia ketika Iskandar kembali pulang. Akan tetapi, apa
semuanya akan berimbas baik untuk Iskandar, setelah semua yang ia
lakukan dan impian yang ia inginkan?
Melihat AN Alcaff yang begitu solid karakternya sebagai Iskandar, jelas
patut diberikan apresiasi yang terpuji. Menghadirkan Iskandar yang
rapuh namun memiliki impian. ALcaff memberikan emosi, raut muka serta
penjiwaan penuh dalam memerankan Iskandar. Sementara yang amat mencuri
perhatian saya jelas Dhalia yang memerankan Laila. Apalagi ketika ia
menyanyi dan menghadirkan kemerduan yang indah dalam mewarnai film ini.
Begitupun memberikan karakteristik yang membutuhkan suatu hal untuk
impiannya, yang ironisnya Laila ini malah jadi wanita penghibur. Untuk
peran Norma oleh Netty Herawati, kita bisa melihat bagaimana Norma yang
bersedih ketika melihat ketidakbahagiaan Iskandar yang sebenarnya
Norma ingin tunangannya ini bahagia. Jujur, seorang Norma cantik
sekali, secantik aktingnya Netty. Sementara aura licik nan antogonis
berhasil dibawakan dengan mantap oleh RD Ismail, juga Puja dan Gafar
yang juga dibawakan dengan cemerlang oleh Bambang dan Awaludin.
Sementara bagaimana cerita Lewat Djam Malam? Jelas merupakan suatu
penceritaan yang tidak akan terlupakan. Berterimakasihlah kepada Asrul
Sani (Saya juga menyukai karyanya, yaitu Nagabonar) yang membuat Lewat
Djam Malam tidak membosankan sama sekali dari awal hingga akhir. Cerita
yang juga memberikan esensi moral yang menohok, dan juga indah. Beliau
paham, bagaimana menjaga tensi emosi namun dibalut dengan romantika
yang mengalir dengan syahdu dan meledak2 di beberapa momen. Jika
melihat pengambilan gambarnya sendiri yang bisa dikatakan keren banget
dalam menangkap momen2 yang juga menjadi andalan Lewat Djam Malam.
Begitupun beberapa daerah di Bandung yang indah pada masa itu dan saya
tersenyum getir ketika melihat beberapa daerah tersebut kini berbeda
jauh dengan masa kini. Akan afdol jika anda menontonnya, melihat
perbandingan keindahan Bandung masa lampau dan kini. Scene Braga masa
lampau.yang ada juga menjadi senyum pahit jika melihat kondisi Braga
saat ini. Oh ya, disini juga anda akan bernostalgia dengan beberapa
lagu yang bisa jadi anda akan tersenyum2.
Ya, Lewat Djam Malam menghadirkan romansa, emosi, kepahitan, dan impian
yang berhasil digambarkan dengan jelas oleh Umar Ismail. Bagaimana
kemerdekaan, yang kita lihat saat ini begitu bias, sudah diceritakan
dan tergambarkan jauh sebelum kita berteriak, berdemo dan perbuatan
lainnya. Apa penghargaan kita, jika melihat para pejuang yang
sepantasnya mendapat suatu hal yang layak justru kita injak perjuangan
mereka. Film ini merupakan suatu warisan yang berharga untuk perfilman
Indonesia yang sayang sekali untuk dilewatkan. Film ini juga merupakan
sebuah surat cinta Martin Scorsece untuk memperlihatkan kepada dunia
dan khususnya Indonesia, inilah film yang membanggakan. Terima kasih,
Usmar Ismail, Asrul Sani, AN Alcaff serta jajaran cast dan tidak lupa
Martin Scorsece juga banyak pihak yang telah merestorasi film ini.
Terima Kasih.
Saya sangat merekomendasikan film ini
Score: 9,9/10
Comments
Post a Comment