Review: Satria Heroes: Revenge of Darkness



Rasanya memang kebangkitan genre superhero tidak hanya ada di luar negeri saja, namun juga di Indonesia. Salah satu film yang kini menjumpai bioskop di Tanah Air ini adalah Satria Heroes: Revenge of Darkness. Film ini merupakan bagian dari franchise Satria Heroes yang sebelumnya menggarap prekuel serialnya yaitu Bima Satria Garuda dan Bima Satria Garuda X. Apalagi film ini juga mengusung genre Tokusatsu yang populer di Negeri Sakura dan juga bekerja sama dengan Ishimori Pro. Jadi bagaimana pandangan Saya setelah menonton filmnya?

Saya cukup termanjakan dengan bagian awal film Satria Heroes, di mana memberikan premis apa yang akan terjadi di filmnya juga nuansa humor yang asyik. Apalagi dengan bagian scene di Jepang nya lumayan bagus. Bagusnya sayang cuma cukup sampai di sini, lalu kemudian film ini berubah menjadi bencana. Hal ini dikarenakan perubahan alur cerita yang tanpa disadari terlalu meloncat dan bahkan membuat jurang amat besar. Saya sendiri ketika mulai masuk bagian tengah filmnya langsung merasa bosan. Pembagian chapter nya yang bermaksudnya menjadi bagian babak kisah namun justru malah terlihat tidak tersambung dengan baik. Lagi, ceritanya malah terlihat amburadul dan malah semakin kacau balau di paruh akhir filmnya. Bahkan plotting ceritanya malah terlihat kebingungan, sangat kebingungan. Dengan premis yang bagus di awal, sayangnya semuanya porak poranda tak berarti. Bahkan maaf saja, finale nya pun hancur lebur. Memang dalam babak pamungkas filmnya kotanya hancur, namun memang ternyata mendefinisikan betapa hancurnya kisah Satria Heroes. Akan tetapi, after credit scene nya merupakan bagian yang amat sangat menghibur di filmnya. Ironisnya, bagi saya justru adegan itulah yang membuat saya tersenyum.

Bagian aktingnya sangat sulit saya nilai, karena saya sempat mengira akan adanya peningkatan kualitas akting ataupun dialog. Sayangnya hal itu pun tidak terwujud di filmnya. Tambah lagi tutur ucapan kata-kata karakternya yang tetap terasa terjemahannya. Hal itu sempat menjadi bagian yang sangat fatal sebenarnya. Mungkin yang saya ingat di film ini adalah karakter yang diperankan oleh Yayan Ruhian yang malah membuat saya memang percaya dia layak sebagai karakter itu, namun sayangnya ini tidak diikuti oleh pemeran lainnya.

Bicara soal aksi, pengambilan gambar dan filmnya terasa sekali setengah matangnya. Aksinya memang patut diacungi jempol terutama di bagian awal filmnya dan saya suka dengan momen henshin (berubah dalam bahasa Indonesianya) namun departemen lainnya seperti kurang sekali eksekusinya. Bagian musiknya seperti melompat dan tidak seirama dengan adegan di filmnya. Ada adegan yang yang memang sudah terlihat seperti film namun masih terjebak dengan apa yang ada di serialnya. Plus, mengapa mereka memaksakan final battle nya seperti itu? Horror akan apa yang ada di Garuda Superhero yang tidak ingin saya alami lagi justru malah hadir kembali di Satria Heroes.

Akhir kata, Satria Heroes: Revenge of Darkness merupakan film yang sayangnya tergarap dengan tidak maksimal. Padahl film ini memiliki premis dan potensi yang bagus. Namun sayangnya Satria Heroes justru masih terjerumus oleh cerita yang berantakan dan eksekusi lainnya yang setengah matang.

Comments